Minggu, 11 Maret 2012

Pengalaman Berhaji


perjalanan hajiku kali ini sangat mengharu biru, dimulai ketika masih dalam proses keberangkatan, dimana suami saat itu tidak juga mendapatkan izin cuti berhaji dari perusahaannya sementara waktu keberangkatan semakin dekat, saat itu suami sudah menyerah dengan keadaan, seandainya tidak bisa berangkat haji sekarang uang biaya haji kali ini akan hangus dan jatah untuk berhaji kembali baru keluar 5 tahun mendatang. Namun saya selalu optimis dapat berangkat tahun ini, setiap kali suami pulang kerja dengan berita yang kurang menyenangkan saya selalu mendengarkan keluh kesahnya dan tak lupa selalu menyemangati dia, bahwa jika Allah SWT telah berkehendak maka semua tangan manusia tidak akan bisa menahannya, ya! sy selalu optimis bahwa Allah SWT mendengarkan semua keluh kesah saya, saya selalu yakin bahwa Allah SWT telah menunjuk saya dan suami agar menjadi tamunya di tahun ini. Dalam diam dan doa saya selalu berharap datangnya berita baik. Seketika suami menjadi yakin bahwa Allah akan memberikan jalan kepada kami, menjalankan perintahNYA lebih kami pilih baik dengan izin dari perusahaan atau tidak.
Saat mendapat berita dari suami bahwa izin cutinya telah disetujui seketika itu juga saya mengucap syukur yang tak terkira kepada Allah SWT. Dan dimulailah dilema dalam diri berkecamuk saat akan meninggalkan anak- anak dan mewasiatkan semuanya kepada teman- teman terdekat, dalam pikiran saya waktu itu bagaimana dengan perasaan anak-anak yang ditinggalkan oleh saya dan suami dalam waktu yang lama, namun Alhamdulillah kami panjatkan karena memiliki saudara-saudara yang mau berbagi dengan kami, mereka mengatakan bahwa jangan biarkan pikiran yang ada tertuju pada anak-anak, prioritaskan ibadah biar anak-anak kami yang mengurus.
Sebetulnya yang sangat saya rasakan pada perjalanan kali ini kita dituntut untuk ikhlas dan sabar, ikhlas dalam menghadapi setiap ujian yang ada dan selalu sabar jika semuanya tidak seperti yang kita harapkan. Selalu terngiang kata-kata al ustadz agar waspada dengan kata-kata yang kasar, jangan menyakiti sesama jamaah karena mereka semua adalah tamu Allah.
Satu per satu tahapan umroh dan berhaji dapat saya laksanakan dengan lancar, dibawah panduan ustadz-ustadz kami, walaupun terkadang sempat terkaget-kaget dengan situasi dan kondisi yang mengharuskan kita siap fisik setiap waktu karena harus jalan berkilo-kilo, sempat terpikir dalam benak saya ternyata ujian kenaikan tingkat semasa saya aktif olahraga taekwondo dan saat ospek kuliah dulu tak ada artinya dibandingkan dengan perjalanan haji ini, namun  menurut suami haji kali ini semuanya sudah serba dipermudah dengan adanya kereta yang mengantarkan jamaah untuk melempar jumrah dll. ya..kita patut bersyukur dengan semua fasilitas yang ada karena tidak semua jamaah bisa menggunakan fasilitas yang ada sehingga mereka harus jalan berkilo-kilo jauhnya. Terkadang air mata menetes melihat jamaah-jamaah yang telah uzur berusaha keras untuk menunaikan ibadah walaupun dengan susah payah, mereka-mereka itu secara tidak langsung menyemangati kami-kami yang masih muda.
Saat melakukan thawaf sambil menengadah ke langit sy selalu berdoa Ya Allah diantara jutaan manusia yang sekarang semua sedang meminta dan berharap kepada Engkau, lihatlah saya Ya Allah, dengarkanlah permohonan saya, saya akui saya hanyalah seorang hamba yang tak memiliki apa-apa, seorang hamba yang jauh dari istimewa dihadapanMU namun hamba berusaha untuk menjadi yang terbaik dihadapanMu, Ya Allah sejuta harap saya haturkan agar Engkau mengampuni saya dan meridhoi saya jadikanlah khusnul khotimah penutup napas saya nanti. Tak terasa air mata deras menetes karena ingat dosa-dosa yang telah lalu, dosa terhadap orang tua, terhadap suami dan anak-anak, terhadap saudara, terhadap kerabat dan teman-teman. Betapa diri ini kerdil karena tak memiliki apa-apa dihadapan Allah SWT.
Selama melakukan ibadah haji tempat tinggal kami ditenda mina, karena tenda kami berbatasan antara mina dengan muzdalifah sehingga kami tidak melakukan mabit di muzdalifah karena dengan diam dan tinggal ditenda pun itu sudah melakukan mabit di mina dan muzdalifah sekaligus. Banyak suka dukanya tinggal bersama-sama dalam satu tenda, namun seperti kata pepatah "try to be nice" seperti itulah yang selalu saya pegang. Ada kalanya kita tersinggung oleh jamaah yang lain disitulah ujiannya saya rasakan, menahan emosi dan tetap bersabar.
Ada satu pengalaman yang membuat saya terharu dan merasa bahagia saat saya sedang antri di toilet wanita di masjidil haram, saat itu kebetulan pintu toilet tidak bisa dikunci sehingga membuat saya bingung namun seketika itu pula seorang wanita yang berasal dari turki karena bisa dilihat di ID pengenalnya, dia secara spontan berbicara dalam bahasa turki yang bisa saya tangkap maksudnya silahkan kamu masuk dan biar saya yang menjaga kamu. Dan ketika saya telah selesai saya bermaksud menolong dia secara gantian namun dia menolak dengan halus, dan menyilahkan saya untuk pergi dalam hati sy berkata " Subhanallah hari gini masih ada orang seperti itu", kejadian kedua ketika waktu shalat telah tiba seperti biasa masjidil haram selalu padat dengan jamaah bahkan sebelum waktunya shalat karena orang-orang seolah tidak mau menghabiskan waktu tanpa shalat berjamaah, sehingga dari shalat ashar ke maghbrib mereka jarang ada yang beranjak pulang mereka sengaja duduk-duduk dan baca Al quran menunggu shalat maghrib atau isya tiba. Saat itu semua orang telah siap untuk sholat sedangkan saya baru selesai wudhu, sambil berlari-lari saya mencari tempat untuk shalat, namun semua tempat seolah telah terisi sehingga membuat saya panik, ketika itu tiba-tiba saja seorang wanita berteriak pada saya sambil melambaikan tangan "sister, come.." dia menunjukkan tempat disebelahnya, saya langsung menghampiri dia, dan selesai sholat saya jabat tangannya sambil berkali-kali mengatakan thank you. Ya Allah saat itu saya sangat merasakan adanya rasa persaudaraan.
Selama di mina al ustadz selalu memberikan kajian-kajian keislaman kepada para jamaah sehingga kami para jamaah selalu mendapatkan ilmu yang semoga bermanfaat bagi kehidupan kami. Ada satu kajian islam yang membuat saya merinding, sebetulnya topiknya sangat sederhana tentang wudhu, namun saat ustadz mengingatkan sejauh mana wudhu kita sempurna dihadapan Allah, karena jika wudhu kita tidak sempurna maka shalat kitapun tidak akan diterima, Astaghfirullah ...seketika saya merinding dan mengingat-ngingat sejauh mana wudhu saya, apakah sudah sempurna atau selama ini jauh dari sempurna, Ya Allah ampuni hamba...ternyata sangat banyak kekurangan hamba.
Selama proses tahapan-tahapan umroh dan berhaji saya melihat gambaran mungkin seperti inilah dipadang mahsyar nanti dimana semua manusia sibuk dengan urusannya masing-masing. Masing-masing ingin mendapat Rahmat dan ampunanNYA. Manusia dari bermacam-macam ras dan warna semuanya memohon kepada satu DZAT yang MAHA SEMPURNA, bahkan banyak diantara mereka yang berdoa dengan mengeraskan suaranya namun saya yakin Allah Maha Mendengar bahkan dengan bisikan hati sekalipun. Selalu dan selalu diingat kata-kata ustadz agar tidak menyakiti sesama jamaah yang melakukan ibadah, sehingga ketika melakukan thawaf dan sai dimana jutaan manusia berkumpul saya dan suami selalu berusaha untuk sabar dan tidak saling mendorong.
Betapa Allah SWT sangat baik terhadap kami, itu yang saya rasakan ketika semua ibadah telah selesai dilaksanakan tanpa hambatan yang berarti, dan ujian kesabaran masih harus kami lakukan saat salah seorang jamaah haji tertinggal dan tersesat selama hampir 2 jam. sehingga waktu pulang yang seharusnya berangkat jam 10.30 malam molor menjadi jam 12.30. Sebetulnya bukan hal yang baru buat kami-kami yang telah lama tinggal dijubail karena telah sering berumrah sehingga tahu dan kenal lokasi-lokasi tertentu, namun tidak begitu dengan orang yang  baru menginjakkan kaki ke kota mekkah karena mereka akan bingung dengan pintu-pintu di masjidil haram, maka disitulah perlunya kita bertenggang rasa dengan mereka dan sadar bahwa ini ujian kesabaran buat semua jamaah, angkat jempol dan salut buat ustadz-ustadz kami yang selalu sabar dan tak pernah memperlihatkan rasa lelah diwajah walaupun jadwal sangat padat setiap hari, dan harus berhadapan dengan sifat dan sikap jamaah yang terkadang keluar dari aturan, disaat kami sedang sibuk merasakan rasa cape dan sakit luar biasa dibadan-badan kami karena setumpuk jadwal dari pagi hingga malam ustadz dengan sabar mengisi kajian2 keislaman dengan durasi 2-3jam Subhanallah...
Semoga perjalanan haji ini menjadi bekal buat kami dalam mengarungi hidup bahwa kita hanyalah makhluk yang tak ada artinya dibandingkan ciptaan Allah yang lainnya jika kita tidak mengisi hati dan pikiran kita dengan keimanan kepada Allah SWT.
YA RABB tak ada yang lain yang kami inginkan selain diterimanya ibadah haji kami ini, Aammiinnn...

Saat 40 Menjelang


 Ketika senja mulai merayap, ketika sinar mulai meredup, ketika semua yang kubanggakan akan sirna bisakah aku menerimanya?
Berkaca ku didepan cermin kulihat dan kupandangi wajah yang dulu cantik dan muda
hmmmm.. tak terasa usiaku telah mendekati angka 40 tahun, banyak yang sudah berubah..
gurat usia senja mulai membayang diwajah..
akankah suamiku masih bangga akan aku?
akankah suamiku masih akan tetap mencintaiku?
berkecamuk pertanyaan itu dalam hati ini
ketika pertanyaan itu terlontar dari mulutku inilah jawaban dari suami tercinta

"Bunda masih tetap cantik seperti dulu dan tetaplah cantik untuk ayah bukan untuk orang lain dengan cara menyempurnakan jilbab yang bunda pakai
Bunda jadilah istri yang sholehah bagi ayah karena dengan memiliki istri yang sholehah lima puluh persen jaminan surga sudah ditangan ayah dan ayah tinggal menggenapkannya
Hiasilah diri bunda dengan akhlak yang baik dan hati yang bersih
Jadilah selalu calon  pengantinku di surga nanti jika dunia sudah tak beratap, karena itulah tujuan hidup ayah ketika pertama kali meminang bunda akan selalu mendampingi di dunia dan di akhirat nanti
Jadilah kita insan yang saling mencintai karena Allah bertemu dan berpisah karena-NYA
Marilah kita sama-sama mewujudkan impian kita mendapat ridho ALLAH di dunia dan akhirat
Kecantikan hanyalah perhiasan dunia dan istri yang sholehahlah perhiasan yang sesungguhnya"

Alhamdulillah YA ALLAH.. telah engkau karuniakan padaku pasangan hidup yang mencintai aku apa adanya
Segala puji dan syukur kupanjatkan hanya kepada-MU YA ALLAH yang telah memberikan karunia begitu besar pada kehidupanku

 Doa saat usia mencapai 40 thn
"YA ALLAH, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-MU yang telah engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhoi, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai ke anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim." (Q.S Al-Ahqaf ayat 15)

Berdamai dengan Si Hitam Abaya


Ketika pertama kali suami saya mengajak untuk pindah sementara ke negara arab dia sudah mewanti2 bahwa perempuan diarab tidak sebebas di indonesia. Di arab perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa muhrim dan dalam berpakaian tidak boleh menarik perhatian, sehingga jika seorang perempuan keluar rumah harus berpakaian serba hitam dan cadar untuk membedakan bahwa dia seorang muslim. Ketika itu saya berkata dalam hati kok susah banget ya peraturannya, karena keseharian saya yang terbiasa bebas keluar rumah kapan saja. Alhamdulillah dalam berpakaian saya terbiasa tertutup meskipun mungkin masih jauh dari syar'i. Pernah suatu kali suami meminta "coba deh sekali-kali kalo keluar rumah pake gamis panjang", tapi saya selalu berkelit dengan alasan2 saya, terkadang saya meminta syarat2 yang ingin dipenuhi oleh suami,dan setiap saya memberikan syarat suami selalu memenuhinya, sampai suatu ketika suami bilang " ayah sudah belikan apa yang bunda minta sekarang ayah ingin melihat bunda selalu pake gamis" namun karena ego saya masih membelenggu saya masih selalu berkelit.
Waktu keberangkatan semakin dekat suami mengatakan sortir baju2 yang tidak akan bunda pakai lagi, dalam hati saya berpikir memangnya kenapa dengan baju2 saya karena semua masih bisa dipakai jika saya nanti pulang lagi ke indonesia, tapi suami mengatakan lebih baik diberikan saja pada orang lain, saya bilang "tapi yah saya masih suka dengan baju2 saya" dan jawaban suami saya waktu itu " itu lebih baik memberikan barang yang masih dicintai pada orang lain" aah.. rasanya selalu kalah jika berdebat dengan suami. Meskipun dengan berat hati saya berikan baju2 tersebut pada orang lain.
Ketika suami membelikan abaya (baju hitam longgar dan panjang) saya langsung protes saya bilang ukurannya terlalu besar, saya akan bawa ke tukang jahit supaya diperbaiki, tapi lagi2 suami menolak dia bilang "memang seharusnya seperti itu baju abaya harus longgar supaya tidak memperlihatkan lekuk tubuh", saya protes dalam hati "aduuuh apa bagusnya sih ini baju, udah hitam g ada stylenya sama sekali. Ketika saya bilang "tapi yah bunda masih pengen bergaya" lalu suami menjawab "silahkan bunda bergaya tapi cukup didepan ayah saja."
Rupanya suami mengerti apa yang berkecamuk dalam hati saya, dengan perlahan dia berkata "bunda, wanita dalam islam sangat dihormati dan dilindungi, saking dilindunginya maka semua perhiasan yang ada pada wanita harus ditutup supaya tidak mengundang fitnah, itulah indahnya islam, agama yang mengangkat derajat seorang wanita agar dihargai oleh laki-laki."
Sesaat saya merenungi perkataan suami saya, bahwa semua yang ada pada wanita ibarat perhiasan, dan sebagaimana layaknya perhiasan yang berharga maka harus ditempatkan pada tempat yang terlindungi.
 Ya ALLAH.... mengapa pemahaman seperti itu seperti terlambat datang pada diri saya, selama ini saya mengira bahwa pakaian yang saya kenakan sudah cukup islami.
Mengapa hati ini tidak mau memberikan ruang untuk menerima sebuah kebenaran sedikit saja.
 Sejak saat itu saya mulai menerima dengan ikhlas tanpa merasa terpaksa pakaian abaya sebagai pelindung apabila saya pergi keluar rumah.
Hidup disini banyak memberikan pembelajaran untuk seorang muslim, dimana aturan2 islam ditegakkan. Sebagai muslim yang baik saya  mau dan ikhlas menerima aturan2 yang ada.

Kenangan Manis


Jika ku bertandang, kulihat kau terpekur dikursi tua dekat jendela kamar
dengan kitab Al-Qur'an ditangan kau tampak asyik membacanya
Kuintip dari balik tirai pintu menunggu kau selesai mengaji
namun tak jua kau menghentikannya

hmmmmm......
jatah jajanku hari ini belum kudapat
dengan tak sabar, aku teriak " amiii..." sambil kujulurkan tanganku dari balik tirai pintu
kau menoleh tersenyum dan berkata,"tunggu sebentar ami selesaikan dulu surat terakhir"
ketika jatah jajan telah kudapat kau bersiap dengan nasehat-nasehatmu "rajinlah mengaji, jangan tinggalkan sholat, jadilah anak baik"
terkadang kau mengetes aku dengan surat-surat pendek sehingga kau memberikan hadiah dengan tambahan uang jajan
tak ada satu ceritapun yang keluar dari mulutmu selain akhirat, surga dan neraka
terkadang aku bosan dengan cerita dan nasehatmu
aku masih terlalu kecil untuk mengerti itu semua
yang kutahu jika aku rajin ngaji aku akan mendapatkan jatah jajan yang lebih besar

hhhh... peristiwa itu begitu membekas dalam ingatanku
aku ingat kebiasaanmu yang tak pernah melewatkan hari-hari dengan ibadah dan ibadah
kau tak pernah mengeluh dan bosan dengan rutinitas hidupmu yang monoton
kau haramkan televisi karena menurutmu zina mata
kau haramkan musik dan lagu karena takut melalaikanmu dalam mengingat Allah
kau marah ketika nenek telat membangunkanmu untuk sholat subuh berjamaah dimesjid
kau tak takut meskipun cuaca diluar sedang buruk untuk selalu sholat dimesjid yang jaraknya cukup jauh
tak pernah sekalipun kau tinggalkan sholat berjamaah
kau datang paling awal dimesjid seakan-akan selalu rindu dengan waktu shalat
kau ikhlas menerima penyakit dan rasa sakitmu hingga ajal menjemput

Setelah aku dewasa baru kurasakan rasa cintamu
setelah kau tiada baru aku sadar akan nasehat-nasehatmu dulu
setelah kau tiada baru aku sadar marahmu ketika aku malas mengaji itu sesungguhnya rasa kasihmu padaku

Apa kabar ami kau dialam sana?
apakah kau bahagia?
aku yakin kau sedang menikmati kehidupan yang nyaman ditemani pahala-pahala yang dulu kau tabung
aku yakin kau sedang ditemani oleh oleh malaikat-malaikat yang menghiburmu dengan cerita surga
aku yakin kau sedang memandangi surga yang akan kau tempati setelah kiamat datang

bisakah aku sepertimu?
yang meninggalkan kesenangan dunia demi akhirat
bisakah aku sepertimu?
yang mengisi hari demi hari detik demi detik dengan ibadah dan ibadah
bisakah aku sepertimu?
yang selalu menghias bibir ini dengan ucapan-ucapan yang selalu baik

Ya Allah ampunilah hambamu ini yang masih jauh dari sempurna
Ya Allah terimalah amal  ibadah hamba
Ya Allah lindungilah hamba dari panasnya api neraka
 Ya Allah berikanlah tempat yang terbaik untuk amiku di alam sana

*ami : panggilan untuk paman dalam bahasa arab

 "Ya Allah ampunilah aku dan saudaraku, dan masukkanlah kami ke dalam rahmat-MU dan engkau adalah Maha Penyayang diantara yang penyayang." (Q.S Al A'raf, 7:151)

Cerita Hidup di Rantau 3

Sebagai warga pendatang sudah sewajarnya kita berhati-hati terhadap orang asing, begitu pun saya dengan suami. Ketika kami sedang jalan-jalan dikota jubail ada seorang supir taxi yang menawarkan jasanya, namun suami ragu mungkin karena melihat perawakan supir tersebut berbadan tinggi berkulit hitam, saya pun merasa takut apalagi saya dulu pernah mendengar cerita bahwa ada supir taxi yang membawa kabur perempuan.Namun kejadian yang saya alami membuat saya agak malu, karena saya sudah bersu'udzhon terlebih dulu. Ketika supir tersebut menawarkan taksinya untuk kedua kalinya suami kemudian mengiyakan, Ketika akan masuk ke dalam taxi suami sempat berbisik agar nanti ketika turun dari taksi saya yang duluan turun. Dalam taksi semua senyap karena memang supir tersebut tidak bisa berbahasa inggris dan suami pun hanya bisa bahasa arab seperlunya. Tiba-tiba si supir berteriak "Astaghfirullah..."  sambil dia marah-marah karena ada mobil yang tiba-tiba saja menyalip. Hati saya makin resah aja melihat temperamen supir tersebut, dalam hati saya sempat menyesal kenapa mengiyakan saja ketika suami mengajak naik taksi  tersebut. Namun ketika sudah sampai ditujuan, supir taksi tersebut dengan sigap keluar lebih dulu dan membukakan pintu buat saya dan anak-anak, kemudian ketika suami bayar ongkos taksinya dia memberikan sebagian uangnya pada anak-anak saya masing-masing 1 real sambil tak lupa dia mengusap-usap kepala anak-anak saya. Suami saya langsung berkata "syukron, syukron.."  dan supir itu pun tersenyum mengangguk tanpa berkata-kata. Saya yang melihat kejadian tersebut hanya bisa bengong dan berkata dalam hati, ternyata kita tidak bisa menebak seseorang hanya pada penampilannya saja.

Cerita Hidup di Rantau 2


Jika kita ikhlas dan bersabar atas segala ujian maka kita akan merasakan seluruh kehidupan kita akan bersahabat dengan kita, itulah yang saya rasakan ketika berumroh bersama keluarga.
Suami telah berencana jauh-jauh hari untuk mengajak umroh dan berlebaran di mekkah, ketika itu saya sempat ragu karena mendengar cerita teman-teman yang telah lebih dulu umroh yang mengatakan jika umroh dibulan ramadhan kota mekkah bakalan ramai dan susah mencari hotel karena semua orang berlomba untuk melakukan umroh dibulan ramadhan untuk mengejar pahala yang sebanding dengan pahala haji, bahkan selain hotel susah didapat harganya pun naik berkali-kali lipat. Namun suami tetap bersikeras untuk berlebaran dimekkah, bahkan dia mengatakan jika kita nanti tidak dapat hotel untuk menginap kita tidur dimobil saja yang penting bisa ibadah dimasjidil haram, melihat kegigihan suami saya luluh juga dan menyetujui.
 Saya dan suami pun berusaha untuk mempersiapkan semuanya dengan memesan hotel jauh-jauh hari, namun  pas dimenit terakhir saya mendapat khabar dari mekkah bahwa hotel semua penuh, saya langsung mempersiapkan diri untuk bisa menerima hal yang terburuk itu. Namun Allah SWT memberikan jawaban yang indah ketika tiba-tiba tante saya yang kebetulan sedang umroh menelepon dan menanyakan sudah sampai dimana perjalanannya, saya katakan sudah sampai di miqot sudah  berihram  dan sudah bersiap untuk ke kota mekkah, saat itu saya mengatakan bahwa saya tidak mendapatkan hotel untuk menginap, lalu tante saya langsung mencari hotel yang kosong meskipun hotel tersebut jauh dari masjidil haram. Tak lama kemudian dia mengabarkan bahwa hotel untuk menginap sudah ada dan Alhamdulillah ada dua kamar kosong, seperti yang saya butuhkan karena saya berumroh dengan teman suami saya.
Dalam perjalanan menuju mekkah kata-kata talbiyah tak luput selalu saya ucapkan, rasa haru menyeruak dalam dada tak terasa mata saya selalu basah dengan air mata, saat menginjakkan kaki ke masjidil haram dan melihat ka'bah rasanya seperti mimpi, tangisan pun tak terbendung lagi.
Ketika akan melaksanakan thawaf saya sempat berpikir bahwa saya pasti kuat untuk melakukan thawaf  tujuh putaran karena memang saya merasa sehat meskipun sedang melaksanakan ibadah shaum. Namun baru saja melaksanakan thawaf dua putaran tiba-tiba saja dada saya sesak rasanya untuk bernapas pun susah dan lutut lemas, padahal saat itu saya tidak merasakan haus dan lapar, suami langsung membawa saya ke tempat air zam-zam untuk minum namun saya menolak untuk buka puasa, tapi lalu suami mengatakan harus ada salah satu yang dikorbankan agar bisa menyelesaikan ibadah umroh ini. Saya langsung merenung mungkinkah karena rasa sombong dalam diri saya yang mengatakan bahwa thawaf itu gampang membuat saya ditegur secara langsung oleh Allah SWT? saya langsung beristighfar dan menyelesaikan thawaf yang belum selesai.
 Saat melaksanakan thawaf anak saya yang paling bontot selalu kepayahan maka kadang saya gendong untuk menenangkannya saat itu selalu aja ada orang yang mencoba menghibur anak saya dengan mengajaknya bercanda atau mengusap kepalanya, kadang saya heran kok sering amat ya orang-orang arab mengusap-usap kepala anak saya, namun suami beranggapan bahwa setiap orang yang berada dimasjidil haram apalagi dibulan puasa seperti ini semuanya berlomba-lomba untuk bersedekah meskipun hanya dengan senyuman. Ya, itu saya rasakan karena semuanya seperti bersahabat meskipun tidak saling mengenal.
Sebetulnya saya iba melihat anak-anak saya yang kepanasan dan kecapean namun saya ingin menanamkan dalam diri anak saya bahwa umroh ini adalah ibadah yang agung dimana kita sebagai manusia datang sebagai tamu Allah SWT saya katakan bahwa Allah SWT langsung mengawasi dan mendengar doa-doa kita.
Ketika anak saya yang paling kecil merengek kehausan suami langsung pergi ke tempat air zam-zam, namun rupanya disana sudah banyak orang yang antri, ketika pas giliran suami rupanya air sudah habis, dari kejauhan suami memberikan isyarat bahwa dia tidak mendapatkan air, anak saya kembali merengek saya berusaha untuk sabar dan menenangkan dia ketika tiba-tiba saja ada seorang anak muda yang berpakaian ihram langsung menyodorkan segelas air zam-zam pada saya, hal itu membuat saya terkejut saya pikir darimana dia tahu bahwa saya sedang membutuhkan air minum buat anak saya, saya langsung mengucapkan terima kasih dia hanya mengangguk dan berlalu.
Ketika akan melaksanakan sa'i, anak-anak sudah mengeluh kecapean sehingga suami meminta saya untuk melaksanakan sa'i bergantian sementara dia menemani anak-anak istirahat. Baru saja melaksanakan sa'i dua putaran saya tak dapat menemukan lagi suami dan anak-anak ditempatnya semula  sehingga membuat saya panik, berada diantara ribuan orang yang sedang melaksanakan ibadah sa'i membuat hati saya tambah ciut karena kecil kemungkinan bisa bertemu kembali dengan suami karena pada saat itu saya tidak membawa alat komunikasi sama sekali, sambil berserah diri saya berdoa agar dapat menyelesaikan sa'i dengan tenang dan dapat bertemu kembali dengan suami dan anak-anak, tak beberapa lama mata saya langsung melihat sosok suami dan anak-anak, saya mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga.
 Saya merasa bahwa  waktu dan orang-orang disekitar saya selalu bersahabat  ketika melaksanakan ibadah umroh, rasanya semua dipermudah bahkan ketika  teman suami terpisah dari rombongon kecil kami dan kami tidak dapat menghubunginya tiba-tiba saja kami bertemu secara tidak sengaja di depan sebuah toko rupanya dia sedang memperbaiki handphonenya yang tiba-tiba saja rusak.
Banyak pengalaman yang memberikan nasehat pada diri saya agar tidak ujub atau sombong dan nasehat akan kekuatan doa yang kita panjatkan.
Ya Allah betapa Engkau Maha Pemurah, Maha Penyayang dan Maha Mendengar, sehingga segalanya diberikan jalan dan diberi kemudahan.

Sebuah Keinginan


Suamiku, sungguh aku ingin menjadi wanita yang terkenal dan dikenal
terkenal dan dikenal oleh malaikat dan penghuni langit
aku ingin menjadi wanita yang membuat cemburu bidadari di surga
aku ingin menjadi wanita yang disapa oleh izrail dengan lembut bukan dengan teriakan mengerikan
aku ingin menjadi wanita beruntung disaat ragaku dibangkitkan nanti diyaumil akhir
namun begitu susah kurasakan untuk menjadi wanita terkenal dan dikenal oleh langit
apa yang aku punya?
aku tak seperti fatimah yang tawadhu dalam bersikap
aku tak seperti aisyah yang selalu sabar dalam ujian kehidupan
aku selalu ingin bersolek dengan harta dunia
aku selalu silau dengan gemerlapnya dunia
aku selalu terlena dengan segala kenikmatan dunia
aku bahkan selalu lupa dengan sekelilingku jika keinginanku blm tercapai
suamiku, aku selalu ingat apa yang kau ucapkan
"berusahalah bunda...dan bersabar.."
ingin rasanya diri ini menjauh
namun engkau selalu mengingatkan
 "pahala menjadi berlipat disaat kita berusaha menahan nafsu kita"
aah.. seandainya saja aku hanya sebuah ranting yang jatuh lalu dilupakan
yang tak perlu menghadapi hisab diyaumil akhir nanti
seandainya saja aku hanya seonggok batu yang terkubur
yang tak perlu menghadapi pertanyaan malaikat kubur nanti
wahai diri apa yang telah engkau punya?
seberapa banyak amalmu yang akan kau bawa?
apakah masih ada atau engkau sudah tak memiliki lagi amal kebaikan
karena amalmu sudah habis membayar dosa-dosamu yang tak terasa
Ya robbi ampunilah hamba yang selalu menganiaya diri sendiri
ampunilah hamba yang selalu bergelimang dalam dosa dan nafsu
Ya robbi hamba berlindung dari kemurkaanMu dan siksa neraka
bukakanlah untukku pintu rahmat dan ampunan, serta masukkanlah aku ke dalam ampunan-Mu.

Cerita Hidup di Rantau I

"Subhanallah... beginilah jika hukum islam ditegakkan, orang tidak akan berani mengambil hak milik orang lain meskipun ada kesempatan."
Setiap kali saya belanja, saya selalu kerepotan dengan barang belanjaan saya saking banyaknya kebutuhan rumah tangga yang harus dibeli karena saya baru tinggal dikota ini, berkali2 suami menyuruh saya supaya membiarkan barang barang2 belanjaan saya diluar toko supaya saya tidak cape bawa barang yang begitu banyak dia bilang tidak akan ada yang mencuri,tp saya bersikeras untuk selalu membawa barang belanjaan saya. Suatu ketika karena saya kecapean saya tinggalkan barang belanjaan saya ditrotoar pas disamping seorang pengemis, dari dalam toko saya memperhatikan pengemis tersebut, saya ingin tahu bagaimana reaksi dia melihat barang2 belanjaan saya, karena bisa saja dia tinggal mengambil barang yang ada disampingnya tokh tidak akan ada yang tahu karena banyaknya belanjaan saya. Lama saya perhatikan tak sedikitpun pengemis itu tertarik dengan barang belanjaan yang ada disamping dia, dia hanya sibuk dengan orang yang lalu lalang yang memberikan dia uang 1-2 real. Ya Allah saya merasa kagum dan heran melihat pengemis tersebut, karena begitu banyak kesempatan yang bisa dia lakukan,melihat situasi disana yang rame bnyak orang lalu lalang bisa saja dia tinggal mengambil satu bungkusan lalu lari. Ketika saya ceritakan pada suami saya dia hanya tersenyum dia berkata hal itu sudah biasa orang-orang disini tidak akan pernah berani mengambil yang bukan hak dia. Ya Allah seandainya kotaku purwakarta bisa seperti ini dimana setiap orang bisa merasakan rasa aman...