Minggu, 11 Maret 2012

Pengalaman Berhaji


perjalanan hajiku kali ini sangat mengharu biru, dimulai ketika masih dalam proses keberangkatan, dimana suami saat itu tidak juga mendapatkan izin cuti berhaji dari perusahaannya sementara waktu keberangkatan semakin dekat, saat itu suami sudah menyerah dengan keadaan, seandainya tidak bisa berangkat haji sekarang uang biaya haji kali ini akan hangus dan jatah untuk berhaji kembali baru keluar 5 tahun mendatang. Namun saya selalu optimis dapat berangkat tahun ini, setiap kali suami pulang kerja dengan berita yang kurang menyenangkan saya selalu mendengarkan keluh kesahnya dan tak lupa selalu menyemangati dia, bahwa jika Allah SWT telah berkehendak maka semua tangan manusia tidak akan bisa menahannya, ya! sy selalu optimis bahwa Allah SWT mendengarkan semua keluh kesah saya, saya selalu yakin bahwa Allah SWT telah menunjuk saya dan suami agar menjadi tamunya di tahun ini. Dalam diam dan doa saya selalu berharap datangnya berita baik. Seketika suami menjadi yakin bahwa Allah akan memberikan jalan kepada kami, menjalankan perintahNYA lebih kami pilih baik dengan izin dari perusahaan atau tidak.
Saat mendapat berita dari suami bahwa izin cutinya telah disetujui seketika itu juga saya mengucap syukur yang tak terkira kepada Allah SWT. Dan dimulailah dilema dalam diri berkecamuk saat akan meninggalkan anak- anak dan mewasiatkan semuanya kepada teman- teman terdekat, dalam pikiran saya waktu itu bagaimana dengan perasaan anak-anak yang ditinggalkan oleh saya dan suami dalam waktu yang lama, namun Alhamdulillah kami panjatkan karena memiliki saudara-saudara yang mau berbagi dengan kami, mereka mengatakan bahwa jangan biarkan pikiran yang ada tertuju pada anak-anak, prioritaskan ibadah biar anak-anak kami yang mengurus.
Sebetulnya yang sangat saya rasakan pada perjalanan kali ini kita dituntut untuk ikhlas dan sabar, ikhlas dalam menghadapi setiap ujian yang ada dan selalu sabar jika semuanya tidak seperti yang kita harapkan. Selalu terngiang kata-kata al ustadz agar waspada dengan kata-kata yang kasar, jangan menyakiti sesama jamaah karena mereka semua adalah tamu Allah.
Satu per satu tahapan umroh dan berhaji dapat saya laksanakan dengan lancar, dibawah panduan ustadz-ustadz kami, walaupun terkadang sempat terkaget-kaget dengan situasi dan kondisi yang mengharuskan kita siap fisik setiap waktu karena harus jalan berkilo-kilo, sempat terpikir dalam benak saya ternyata ujian kenaikan tingkat semasa saya aktif olahraga taekwondo dan saat ospek kuliah dulu tak ada artinya dibandingkan dengan perjalanan haji ini, namun  menurut suami haji kali ini semuanya sudah serba dipermudah dengan adanya kereta yang mengantarkan jamaah untuk melempar jumrah dll. ya..kita patut bersyukur dengan semua fasilitas yang ada karena tidak semua jamaah bisa menggunakan fasilitas yang ada sehingga mereka harus jalan berkilo-kilo jauhnya. Terkadang air mata menetes melihat jamaah-jamaah yang telah uzur berusaha keras untuk menunaikan ibadah walaupun dengan susah payah, mereka-mereka itu secara tidak langsung menyemangati kami-kami yang masih muda.
Saat melakukan thawaf sambil menengadah ke langit sy selalu berdoa Ya Allah diantara jutaan manusia yang sekarang semua sedang meminta dan berharap kepada Engkau, lihatlah saya Ya Allah, dengarkanlah permohonan saya, saya akui saya hanyalah seorang hamba yang tak memiliki apa-apa, seorang hamba yang jauh dari istimewa dihadapanMU namun hamba berusaha untuk menjadi yang terbaik dihadapanMu, Ya Allah sejuta harap saya haturkan agar Engkau mengampuni saya dan meridhoi saya jadikanlah khusnul khotimah penutup napas saya nanti. Tak terasa air mata deras menetes karena ingat dosa-dosa yang telah lalu, dosa terhadap orang tua, terhadap suami dan anak-anak, terhadap saudara, terhadap kerabat dan teman-teman. Betapa diri ini kerdil karena tak memiliki apa-apa dihadapan Allah SWT.
Selama melakukan ibadah haji tempat tinggal kami ditenda mina, karena tenda kami berbatasan antara mina dengan muzdalifah sehingga kami tidak melakukan mabit di muzdalifah karena dengan diam dan tinggal ditenda pun itu sudah melakukan mabit di mina dan muzdalifah sekaligus. Banyak suka dukanya tinggal bersama-sama dalam satu tenda, namun seperti kata pepatah "try to be nice" seperti itulah yang selalu saya pegang. Ada kalanya kita tersinggung oleh jamaah yang lain disitulah ujiannya saya rasakan, menahan emosi dan tetap bersabar.
Ada satu pengalaman yang membuat saya terharu dan merasa bahagia saat saya sedang antri di toilet wanita di masjidil haram, saat itu kebetulan pintu toilet tidak bisa dikunci sehingga membuat saya bingung namun seketika itu pula seorang wanita yang berasal dari turki karena bisa dilihat di ID pengenalnya, dia secara spontan berbicara dalam bahasa turki yang bisa saya tangkap maksudnya silahkan kamu masuk dan biar saya yang menjaga kamu. Dan ketika saya telah selesai saya bermaksud menolong dia secara gantian namun dia menolak dengan halus, dan menyilahkan saya untuk pergi dalam hati sy berkata " Subhanallah hari gini masih ada orang seperti itu", kejadian kedua ketika waktu shalat telah tiba seperti biasa masjidil haram selalu padat dengan jamaah bahkan sebelum waktunya shalat karena orang-orang seolah tidak mau menghabiskan waktu tanpa shalat berjamaah, sehingga dari shalat ashar ke maghbrib mereka jarang ada yang beranjak pulang mereka sengaja duduk-duduk dan baca Al quran menunggu shalat maghrib atau isya tiba. Saat itu semua orang telah siap untuk sholat sedangkan saya baru selesai wudhu, sambil berlari-lari saya mencari tempat untuk shalat, namun semua tempat seolah telah terisi sehingga membuat saya panik, ketika itu tiba-tiba saja seorang wanita berteriak pada saya sambil melambaikan tangan "sister, come.." dia menunjukkan tempat disebelahnya, saya langsung menghampiri dia, dan selesai sholat saya jabat tangannya sambil berkali-kali mengatakan thank you. Ya Allah saat itu saya sangat merasakan adanya rasa persaudaraan.
Selama di mina al ustadz selalu memberikan kajian-kajian keislaman kepada para jamaah sehingga kami para jamaah selalu mendapatkan ilmu yang semoga bermanfaat bagi kehidupan kami. Ada satu kajian islam yang membuat saya merinding, sebetulnya topiknya sangat sederhana tentang wudhu, namun saat ustadz mengingatkan sejauh mana wudhu kita sempurna dihadapan Allah, karena jika wudhu kita tidak sempurna maka shalat kitapun tidak akan diterima, Astaghfirullah ...seketika saya merinding dan mengingat-ngingat sejauh mana wudhu saya, apakah sudah sempurna atau selama ini jauh dari sempurna, Ya Allah ampuni hamba...ternyata sangat banyak kekurangan hamba.
Selama proses tahapan-tahapan umroh dan berhaji saya melihat gambaran mungkin seperti inilah dipadang mahsyar nanti dimana semua manusia sibuk dengan urusannya masing-masing. Masing-masing ingin mendapat Rahmat dan ampunanNYA. Manusia dari bermacam-macam ras dan warna semuanya memohon kepada satu DZAT yang MAHA SEMPURNA, bahkan banyak diantara mereka yang berdoa dengan mengeraskan suaranya namun saya yakin Allah Maha Mendengar bahkan dengan bisikan hati sekalipun. Selalu dan selalu diingat kata-kata ustadz agar tidak menyakiti sesama jamaah yang melakukan ibadah, sehingga ketika melakukan thawaf dan sai dimana jutaan manusia berkumpul saya dan suami selalu berusaha untuk sabar dan tidak saling mendorong.
Betapa Allah SWT sangat baik terhadap kami, itu yang saya rasakan ketika semua ibadah telah selesai dilaksanakan tanpa hambatan yang berarti, dan ujian kesabaran masih harus kami lakukan saat salah seorang jamaah haji tertinggal dan tersesat selama hampir 2 jam. sehingga waktu pulang yang seharusnya berangkat jam 10.30 malam molor menjadi jam 12.30. Sebetulnya bukan hal yang baru buat kami-kami yang telah lama tinggal dijubail karena telah sering berumrah sehingga tahu dan kenal lokasi-lokasi tertentu, namun tidak begitu dengan orang yang  baru menginjakkan kaki ke kota mekkah karena mereka akan bingung dengan pintu-pintu di masjidil haram, maka disitulah perlunya kita bertenggang rasa dengan mereka dan sadar bahwa ini ujian kesabaran buat semua jamaah, angkat jempol dan salut buat ustadz-ustadz kami yang selalu sabar dan tak pernah memperlihatkan rasa lelah diwajah walaupun jadwal sangat padat setiap hari, dan harus berhadapan dengan sifat dan sikap jamaah yang terkadang keluar dari aturan, disaat kami sedang sibuk merasakan rasa cape dan sakit luar biasa dibadan-badan kami karena setumpuk jadwal dari pagi hingga malam ustadz dengan sabar mengisi kajian2 keislaman dengan durasi 2-3jam Subhanallah...
Semoga perjalanan haji ini menjadi bekal buat kami dalam mengarungi hidup bahwa kita hanyalah makhluk yang tak ada artinya dibandingkan ciptaan Allah yang lainnya jika kita tidak mengisi hati dan pikiran kita dengan keimanan kepada Allah SWT.
YA RABB tak ada yang lain yang kami inginkan selain diterimanya ibadah haji kami ini, Aammiinnn...

1 komentar:

  1. Jazaakillah...tulisannya sangat bermanfaat bagi kami,tak terasa kami sempat meneteskan air mata

    BalasHapus