Minggu, 11 Maret 2012

Berdamai dengan Si Hitam Abaya


Ketika pertama kali suami saya mengajak untuk pindah sementara ke negara arab dia sudah mewanti2 bahwa perempuan diarab tidak sebebas di indonesia. Di arab perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa muhrim dan dalam berpakaian tidak boleh menarik perhatian, sehingga jika seorang perempuan keluar rumah harus berpakaian serba hitam dan cadar untuk membedakan bahwa dia seorang muslim. Ketika itu saya berkata dalam hati kok susah banget ya peraturannya, karena keseharian saya yang terbiasa bebas keluar rumah kapan saja. Alhamdulillah dalam berpakaian saya terbiasa tertutup meskipun mungkin masih jauh dari syar'i. Pernah suatu kali suami meminta "coba deh sekali-kali kalo keluar rumah pake gamis panjang", tapi saya selalu berkelit dengan alasan2 saya, terkadang saya meminta syarat2 yang ingin dipenuhi oleh suami,dan setiap saya memberikan syarat suami selalu memenuhinya, sampai suatu ketika suami bilang " ayah sudah belikan apa yang bunda minta sekarang ayah ingin melihat bunda selalu pake gamis" namun karena ego saya masih membelenggu saya masih selalu berkelit.
Waktu keberangkatan semakin dekat suami mengatakan sortir baju2 yang tidak akan bunda pakai lagi, dalam hati saya berpikir memangnya kenapa dengan baju2 saya karena semua masih bisa dipakai jika saya nanti pulang lagi ke indonesia, tapi suami mengatakan lebih baik diberikan saja pada orang lain, saya bilang "tapi yah saya masih suka dengan baju2 saya" dan jawaban suami saya waktu itu " itu lebih baik memberikan barang yang masih dicintai pada orang lain" aah.. rasanya selalu kalah jika berdebat dengan suami. Meskipun dengan berat hati saya berikan baju2 tersebut pada orang lain.
Ketika suami membelikan abaya (baju hitam longgar dan panjang) saya langsung protes saya bilang ukurannya terlalu besar, saya akan bawa ke tukang jahit supaya diperbaiki, tapi lagi2 suami menolak dia bilang "memang seharusnya seperti itu baju abaya harus longgar supaya tidak memperlihatkan lekuk tubuh", saya protes dalam hati "aduuuh apa bagusnya sih ini baju, udah hitam g ada stylenya sama sekali. Ketika saya bilang "tapi yah bunda masih pengen bergaya" lalu suami menjawab "silahkan bunda bergaya tapi cukup didepan ayah saja."
Rupanya suami mengerti apa yang berkecamuk dalam hati saya, dengan perlahan dia berkata "bunda, wanita dalam islam sangat dihormati dan dilindungi, saking dilindunginya maka semua perhiasan yang ada pada wanita harus ditutup supaya tidak mengundang fitnah, itulah indahnya islam, agama yang mengangkat derajat seorang wanita agar dihargai oleh laki-laki."
Sesaat saya merenungi perkataan suami saya, bahwa semua yang ada pada wanita ibarat perhiasan, dan sebagaimana layaknya perhiasan yang berharga maka harus ditempatkan pada tempat yang terlindungi.
 Ya ALLAH.... mengapa pemahaman seperti itu seperti terlambat datang pada diri saya, selama ini saya mengira bahwa pakaian yang saya kenakan sudah cukup islami.
Mengapa hati ini tidak mau memberikan ruang untuk menerima sebuah kebenaran sedikit saja.
 Sejak saat itu saya mulai menerima dengan ikhlas tanpa merasa terpaksa pakaian abaya sebagai pelindung apabila saya pergi keluar rumah.
Hidup disini banyak memberikan pembelajaran untuk seorang muslim, dimana aturan2 islam ditegakkan. Sebagai muslim yang baik saya  mau dan ikhlas menerima aturan2 yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar